Dahulu kala, hiduplah dua orang anak gadis yang tinggal
bersama ayah dan ibunya. Ayah mereka tidak memiliki pekerjaan, dan
gadis-gadis tersebut ingin keluar untuk mencari pekerjaan agar dapat
menghidupi orangtua mereka. Satu orang gadis itu ingin bekerja menjadi
pelayan, dan ibunya berkata bahwa dia mungkin bisa bekerja apabila dia
menemukan tempat untuk bekerja di kota. Akhirnya anak gadis tersebut
berjalan ke kota untuk mulai mencari tempat pekerjaan, tetapi di kota
tersebut, tidak ada yang ingin mempekerjakan gadis seperti dia. Gadis
kecil itu kemudian berjalan lebih jauh sampai tiba di pedesaan, dan dia
datang ke tempat dimana disana ditemukan banyak sekali tungku pemanggang
dan roti. Lalu roti tersebut berkata,
"Gadis kecil, gadis kecil,
bawalah kami keluar. Kami telah memanggang selama tujuh tahun, dan tidak
ada orang yang pernah membawa kami keluar." Gadis tersebut lalu membawa
keluar roti tersebut, membaringkannya di tanah dan segera berjalan
pergi kembali.
Kemudian dia bertemu dengan seekor sapi, dan sapi
tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, perahlah susuku, perahlah
susuku! Tujuh tahun saya telah menunggu dan tidak ada orang yang pernah
datang untuk memerahku." Gadis tersebut kemudian memerah susu sapi
tersebut ke ember yang ada didekatnya. Karena kehausan, dia meminum
sedikit susu tersebut dan membiarkan sisanya tetap di dalam ember.
Kemudian
gadis tersebut berjalan lebih jauh dan bertemu dengan sebuah pohon
apel, yang penuh dengan buah apel sehingga dahan-dahannya kelihatan
banyak yang patah, lalu pohon apel tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis
kecil, tolong guncangkan buahku, dahan dan cabangku sudah patah karena
terlalu berat." Lalu gadis itu berkata, "Tentu saja saya akan
membantumu, kamu terlihat sangat kasihan." Lalu dia mengguncangkan dahan
pohon apel tersebut sehingga buahnya lepas dari dahan pohon dan
terjatuh ke tanah, lalu membiarkan buah apel tersebut tergeletak di
tanah.
Kemudian dia berjalan dan berjalan lagi hingga dia tiba di
sebuah rumah. Rumah tersebut di huni oleh seorang penyihir tua, dan
penyihir ini berkeinginan untuk membawa gadis tersebut ke rumahnya untuk
dijadikan pelayan. Saat dia mendengar bahwa gadis tersebut memang
meninggalkan rumah untuk mencari pekerjaan, dia berkata akan mencobanya
dan memberikan upah yang pantas. Penyihir tua tersebut menyebutkan
pekerjaan yang harus dilakukan. "Kamu harus tetap memelihara agar rumah
ini bersih dan rapi, menyapu lantai dan perapian; tetapi ada satu hal
yang jangan pernah kamu lakukan. Kamu jangan pernah melihat ke atas
cerobong asap rumah ini, karena sesuatu yang buruk akan menimpa kamu
nantinya."
Gadis tersebut berjanji akan melakukan segala apa yang diperintahkan,
tetapi pada suatu pagi saat dia sedang membersihkan, dan wanita
penyihir itu keluar rumah, dia menjadi lupa pada apa yang dikatakan oleh
penyihir tua dan melihat ke atas cerobong asap. Saat itu sebuah
bungkusan yang berisikan uang jatuh kepangkuannya. Hal ini terus
berulang setiap kali gadis tersebut menengok ke atas cerobong asap.
Gadis tersebut begitu gembiranya, lalu dia mengambil kantong-kantong uang
tersebut dan segera pulang kerumahnya.
Saat dia berjalan pulang ke rumahnya, dia mendengar kedatangan
penyihir tua yang datang mengejarnya. Gadis tersebut kemudian berlari ke
pohon apel dan berkata:
"Pohon apel, pohon apel, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan memungut tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Pohon apel tersebut kemudian menyembunyikan si gadis. Ketika penyihir tua datang dan berkata:
"Pohon milikku, pohon milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Kemudian pohon apel itu berkata, "Tidak, ibunda, saya tidak pernah melihatnya selama tujuh tahun."
Ketika penyihir tua itu pergi dan berjalan ke arah lain, gadis itu
melanjutkan perjalannya dan tepat saat dia bertemu dengan sapi yang tadi
diperahnya, dia kembali mendengar penyihir itu datang mengejarnya
kembali, sehingga dia lari ke sapi tersebut dan berkata:
"Sapi, sapi, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan memungut tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Sapi tersebut kemudian menyembunyikan sang gadis.
Ketika penyihir tua itu tiba, dia mencari-cari dan bertanya kepada sapi tersebut:
"Sapi milikku, sapi milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Kemudian sapi itu berkata, "Tidak, ibunda, saya tidak pernah melihatnya selama tujuh tahun."
Ketika penyihir itu telah pergi ke arah lain, gadis kecil tersebut
melanjutkan perjalannya, dan ketika dia berada dekat dimana dia bertemu
dengan tungku panggangan, dia kembali mendengar penyihir tua itu datang
mengejarnya, sehingga dia lari ke tungku pangganan dan berkata:
"Tungku panggangan, tungku panggangan, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan memungut tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Tungku panggangan berkata, "Saya tidak punya ruangan kosong, tanyakan
pada pembuat roti," dan kemudian pembuat roti menyembunyikan gadis
kecil itu di belakang tungku.
Ketika penyihir tua itu tiba dan melihat kesana-kemari, dia bertanya kepada pembuat roti:
"Pembuat roti milikku, pembuat roti milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Pembuat roti itu berkata, "Lihat di dalam tungku" Penyihir itu masuk
untuk melihatnya, dan tungku panggangan itu berkata, "Masuklah dan lihat
ke sudut yang paling dalam." Penyihir tua itu melakukannya, dan ketika
dia telah ada di dalam tungku, tungku tersebut menutup pintunya, hingga
penyihir itu tertahan disana dalam waktu yang lama.
Gadis itu kemudian pulang ke rumahnya dengan kantongan yang penuh
dengan uang, akhirnya menikah dengan orang yang sangat kaya dan hidup
bahagia setelahnya.
Saudara dari gadis tersebut berpikir bahwa dia akan pergi dan
melakukan hal yang sama dengan gadis yang pertama tadi. Dia kemudian
melakukan perjalanan yang sama. Tetapi ketika dia bertemu dengan tungku
panggangan, dan saat roti berkata "Gadis kecil, gadis kecil, bawalah
kami keluar. Kami telah memanggang selama tujuh tahun, dan tidak ada
orang yang pernah membawa kami keluar." Gadis tersebut lalu berkata,
"Tidak, saya tidak ingin jari-jari saya terbakar."
Kemudian dia
berjalan dan bertemu dengan seekor sapi, dan sapi tersebut berkata,
"Gadis kecil, gadis kecil, perahlah susuku, perahlah susuku! Tujuh tahun
saya telah menunggu dan tidak ada orang yang pernah datang untuk
memerahku." Tetapi gadis itu berkata, "Tidak, saya tidak sempat memerah
susumu, saya sedang terburu-buru," dan pergi secepatnya. Kemudian gadis
tersebut berjalan lebih jauh dan bertemu dengan sebuah pohon apel yang
meminta bantuan agar gadis tersebut membantu dia mengguncangkan
buah-buahnya. "Saya tidak bisa, mungkin di hari lain." Lalu dia berjalan
sampai ke rumah penyihir tua itu. Kejadian yang sama dengan gadis
pertama dialami oleh gadis tersebut, dia juga melupakan apa yang
dikatakan oleh penyihir tua dan saat penyihir tua itu keluar rumah, dia
melihat ke atas cerobong asap, dan kantong-kantong berisi uangpun
berjatuhan. Dia langsung berpikir bahwa dia dapat pergi dan lepas dari
rumah itu, dan ketika dia mencapai pohon apel, dia mendengar penyihir
tersebut datang mengejarnya, dia lalu berkata kepada pohon apel:
"Pohon apel, pohon apel, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan mematahkan tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Tetapi pohon apel tersebut hanya diam dan akhirnya gadis tersebut melanjutkan larinya. Ketika penyihir tua datang dan berkata:
"Pohon milikku, pohon milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Pohon apel tersebut berkata, "Ya, ibunda, dia pergi ke arah sana."
Akhirnya penyihir tua itu menemukan dan menangkap gadis tersebut,
mengambil kembali uang yang telah diambil, memukulnya dan mengirimkannya
pulang ke orangtuanya.
Comments
Post a Comment